Sabtu, 28 Februari 2009

Selamat tinggal Dewiku

Dewiku, kenapa dalam setiap diamku, aku selalu memikirkanmu? Kenapa aku selalu ingin melihat wajahmu? Dan kenapa aku selalu merindukan suaramu? Untuk pertama kali aku jatuh cinta Dewiku. Hanya pada dirimu. Tapi kenapa harus kau Dewi? Tak adakah gadis lain yang melebihimu? Aku juga tak tahu, semua mengalir begitu saja. Semuanya mengalir bagai air sungai yang disambut lautan luas, sampai kau akhirnya benar-benar jadi milikku.
Tapi kenapa Dewi? Lama kelamaan rasa itu hilang. Sedikit demi sedikit seperti daun-daun yang berguguran. Aku bosan padamu. Banyak gadis lain, dan aku ingin juga merasakan mereka. Selamat tinggal Dewiku. Jangan kawatir banyak yang masih mau denganmu. Semoga ada yang lebih menyayangimu. Tapi ku kira akan tetap sama denganku. Dan siklus ini akan berputar lagi.
Pertama kali aku melihatmu hanya biasa saja. Tidak ada yang istimewa, sampai aku benar-benar melihatmu. Dulunya aku hanya ingin berteman denganmu. Tapi seseorang berkata bahwa kau suka padaku. Aku pikir, masa bodoh dengan semua itu, apa artinya suka jika akhirnya cuma membuat masalah. Jadi aku tidak pernah pikir panjang. Jalani saja apa yang ingin kujalani. Akupun dapat ranking 1 pada semester 1, dan ranking 2 pada semester 2. Kalau kamu? Ya mana ku tau. Tapi kau malah kagum padaku, aneh sekali.
Sampai akhirnya satu tahun berlalu denganmu tanpa ada apa-apa. Hanya sorakan anak-anak kecil desa yang masih aneh dengan istilah berpacaran. Kau di B dan aku di A. Sama sekali aku lupa denganmu. Melihat saja jarang apalagi berpikir. Tidak pernah. Tanpa ku tahu kau sudah menghabiskan tiga teman laki-lakimu. Tapi apa peduliku, biar saja. Lakukan apa yang ingin kau lakukan dan yang ingin aku lakukan. Dan tahun yang kedua ini aku mendapat urutan pertama di kelas, tapi untuk laki-laki. Masih ada tiga siswa perempuan yang ada di depanku. Terima sajalah, paling tidak dapat lima besar. Dan kamu? Aku tetap tidak tau. Tidak mau tau.
Tapi Tuhan berkata lain. Tahun berikutnya aku bertemu lagi denganmu dengan anak-anak yang dulu. Di kelas C yang dulu. Ah kamu lagi. Tapi apa ini? Kenapa aku ingin terus melihatmu, memikirkanmu? Semua yang dulu kupikirkan hilang. Ada yang tidak beres denganku. Sekarang menurutku kau seperti bidadari untukku. Lama kelamaan aku tidak tahan lagi. Aku ungkapkan semua isi hatiku padamu. Dan jawabanmu positif. Aku senang.
Tapi ada apa ini. Kenapa semuanya tidak seperti yang ku bayangkan. Kenapa semua berbalik. Kubayangkan akan jadi sangat menyenangkan karena mempunyai seorang Dewi. Tapi kenapa jadi begini. Setiap saat hanya masalah dan masalah. Masalah pikiran dan masalah pelajaran. Memang ada yang menyenangkan tapi cuma 20% selebihnya bullshit. Omong kosong belaka. Ternyata memang benar pikiranku yang dulu.
Luntur. Bagai baju yang kebanyakan dicuci, rasaku padamu mulai luntur. Semua masalah hati dan pikiran mebuatku jenuh. Aku mulai ingin mencari gadis lain. Tapi itu akan menambah bebanku. Dan hal yang aku takutkan pun terjadi. Jangankan lima besar, sepuluh besar saja aku tidak masuk. Itu saat pengumuman nilai danem untuk masuk SMA.
Betapa kecewanya aku. Mengapa dulu aku tidak dengarkan saja kata-kata ibuku, guruku. Mengapa tidak ku pegang teguh saja pikiranku dulu. Sekarang baru kurasakan akibatnya. Aku yang dulu selalu tidak pernah lewat lima besar, sekarang sepuluh besar saja tidak masuk. Dan dia lebih parah lagi peringkatnya anak tiga kelas dijumlahkan. Ya itu dia, tidak kelihatan.
Ampun tidak lagi-lagi. Kurasa hubungan kita sampai disini saja karena akupun akan jauh darimu. Perasaan kitapun sudah sama bosannya. Buat apa diteruskan. Cari saja yang lain, pasti banyak yang mau, akupun juga. Dan lupakan semua, tinggalkan ini. Aku akan tenang dan kau akan pergi. Selamat tinggal.

0 komentar: