Sabtu, 28 Februari 2009

Tugas ZZ 2 : Lama-lama Suka

Sepedahku yang yang hilang. aku selalu tersenyum bila mengingat tulisan masa kecilku itu. Saat itu aku lupa tepatnya. entah saat kelas 1 atau kelas 2 saat aku menulisnya. Di samping kiri kananku Ayah dan Ibuku mendampingiku. Beliau-beliau itulah yang membimbingku yang masih belum begitu mengerti dan canggung untuk menulis. beliau-beliau itulah yang membenar salahkan setiap huruf, kata dan kalimat yang salah. Sampai selesai satu lembar.aku tersenyum bukan hanya karena alasan itu. karena dengan tulisan keclku itu, aku mendapat nilai A waktu itu. Ayah dan Ibukupun ikut senang. tapi lama kelamaan menulis membuatku bosan. karena hanya itu-itu saja yang harus ditulis. Pengalaman pribadi, pengalaman saat liburan, pengalaman saat rekreasi. yah memang saat itu masih SD, jadi cuma sebatas itulah kemampuanku waktu itu.

Bahkan saat aku SMP menulis adalah hal yang menyebalkan. entah apa yang kupikirkan dulu. pernah waktu itu saat tugas pertama menulis saat baru masuk kelas satu. aku disuruh menceritakan pengalaman waktu bertemu kembali dengan teman-teman SD ku. Aku tulis semauku sendiri. hasilnya C atau 65, aku kaget, bagaimana mungkin hasil karyaku semalam hanya mendapat nilai 65? apa yang salah dengan ini? waktu itu aku terus berpikir. Dan sekarang aku tertawa bila melihat tulisan itu. menggelikan. Kertas folio bergaris yang panjang lebarnya 13' dan 8,5' bolak balik itu hanya ku tulisi tak sampai separuh halaman hanya tiga paragraf pendek. selain itu aku tak memberi garis tepi disisi kiri tulisan itu. Dan saat aku menemukan tulisan itu aku tertawa dan berpikir, "tulisan apa ya ini? benar saja kalau dapat 65".
dan saat kelas 2 SMP aku dijuga pernah diberi tugas menulis cerita menggunakan kata ganti orang pertama. otomatis aku harus menggunakan kata "aku" dalam tulisanku. saat semua disuruh menyocokan guruku bilang "coba hitung berapa kalian menulis kata "aku dalam tulisan kalian. bagaimana banyakkan? dalam menulis cerita itu tidak boleh banyak mengulang kata". dan akupun menurut saja. tapi kemudian aku berpikir, namanya saja kata ganti orang pertama, kalau tidak boleh banyak menggunakan kata "aku" lalu memakai kata apa?

Dan semua itu berkembang saat aku kelas 3 SMP, inspirasiku mulai bertambah. Aku pernah diberi tugas membuat cerpen dan aku lupa membuatnya. sementara guru yang akan kuhadapi adalah guru bahasa yang paling killer waktu itu. Aku bingung kartas foliopun aku tak punya. terpaksa aku meminta-minta dan akhirnya dapat, Alhamdulillah. Tapi belum berakhir saat aku menerima kertas itu, aku harus mengisi penuh 2 halaman folio itu, tak boleh kurang. Itu harus kulakukan hanya dengan waktu 90 menit, tapi menurutku cukup. dan untungnya aku ingat pernah membaca cerpen, tanpa pikir panjang aku tulis semua itu, walau harus sembunyi-sembunyi saat jam pelajaran guru lain. Semuanya selesai, tapi guru killer itu ternyata menunda tugas itu. waktu itu ingin sekali menyobek-nyobek kertas itu sampai bagian paling kecil.

Jika aku mengingat semua itu aku selalu tersenyum. begaimana aku masih polos, masih sulit merangkai kata-kata menjadi kalimat, dan kalimat menjadi paragraf. walaupun sekarang aku juga masih tahap belajar dan ilmu menulisku masih sangat dangkal, paling tidak aku sekarang mengerti dasar-dasar menulis. semua itu ku pelajari ekstra dari Pak Pra, senior menulis yang mempunyai banyak pengalaman dalam menulis dan jurnalistik. melalui jalan menjadi anggota Zig-Zag aku menimba ilmu dari beliau. dan karena beliaulah aku sekarang suka menulis, nilai bahasaku pun bisa dibilang tidak mengecewakan. Ya malu dong, muridnya Pak Pra tapi tidak bisa menulis. Bahkan mungkin ini bisa menjadi salah satu cita-cita ku untuk kedepan nanti.

Tugas ZZ 1 : Aku Diam dan Aku Menulis

Menulis Menurutku cuma masalah kebiasaan dan niatan. Tergantung apakah kita niat untuk jadi penulis atau tidak. Selain itu memperbanyak kosakata adalah hal yang wajib bagi penulis. Karena penulis tidak boleh sampai kehabisan kata-kata, caranya ya Cuma satu. Membaca. Dan ingat, tidak ada penulis yang langsung jadi bestseller dalam sekali tulis. Pasti berawal dari proses belajar dan menjadi kebiasan. Memang pada awalnya menulis adalah pekerjaan yang sulit. Sulit cari inspirasilah, idelah, temalah. Tapi teruslah mencoba untuk menulis. Dan semua itu akan terasa lebih mudah. Jadi jika sudah terbiasa tinggal masalah ada waktu atau tidak.
Kalau dibilang suka duka menulis pasti ada. Karena bagaimanapun menulis adalah pekerjaan yang memerlukan ketajaman logika dan kedalaman perasaan. Jadi menulis jangan dianggap enteng dulu. Jadi pasti ada suka dukanya.
Sukanya adalah saat tulisan kita dibaca orang dan mendapat komentar yang wangi. Apalagi kalau tulisan kita bisa sampai masuk Koran, majalah atau bahkan menang lomba. Pasti hati ini akan merasa puas dan ingin terus berkarya lagi.
Dan yang pasti dukanya adalah lawan dari suka itu. Memang hati ini jadi lesu bila tulisan kita mendapat komentar yang pedas. Apalagi jika tidak dibaca sama sekali.tapi buatlah semua itu sebagai semangat dan motivasi untuk berkarya yang lebih lagi.
kalau untuk kesulitan dalam proses membuat tulisan, ya pasti ada juga. Biasanya karena tulisan yang saya buat terlalu banyak, jadi terlambat deadline. Kalau tidak ya masalah mata, yaitu kantuk. Kalau sudah begitu ya terpaksa kita yang kalah. kesulitan ide, gagasan, inspirasi? menurut ahlinya semua itu bisa kita lawan dengan selalu menjaga suasana hati atau mood agar tetap selalu baik.
menulis selalu memotivasiku untuk menjadi lebih baik. semua yang aku pikirkan yang tak bisa ku katakan bisa ku ungkapkan melaui menulis. beban pikiranku terasa lepas saat aku menulis. bahkan saat aku sangat kecewa, sangat marah, aku akan mencoba untuk menulisnya. dari pada menghabiskan tenaga dan pahala. lebih baik kutulis saja. tak akan rugi, malah akan mengajari kita untuk lebih dewasa. aku akan tenang, karena aku akan diam saat menulis. aku akan mencoba bermain logika dan perasaan.
Menulis adalah pekerjaan yang tidak akan merugikan kita. Kita akan mampu berkaca kembali pada tulisan kita yang dulu. Kita akan bisa tersenyum jika melihat tulisan kita yang dulu. Bagaimana dulu saat baru belajar menulis. Bagaimana dulu banyak kata-kata yang salah tulis, salah tanda, salah struktur dan yang Lain. Bahkan bisa menjadi kenangan hidup yang tidak akan terlupakan.

Selamat tinggal Dewiku

Dewiku, kenapa dalam setiap diamku, aku selalu memikirkanmu? Kenapa aku selalu ingin melihat wajahmu? Dan kenapa aku selalu merindukan suaramu? Untuk pertama kali aku jatuh cinta Dewiku. Hanya pada dirimu. Tapi kenapa harus kau Dewi? Tak adakah gadis lain yang melebihimu? Aku juga tak tahu, semua mengalir begitu saja. Semuanya mengalir bagai air sungai yang disambut lautan luas, sampai kau akhirnya benar-benar jadi milikku.
Tapi kenapa Dewi? Lama kelamaan rasa itu hilang. Sedikit demi sedikit seperti daun-daun yang berguguran. Aku bosan padamu. Banyak gadis lain, dan aku ingin juga merasakan mereka. Selamat tinggal Dewiku. Jangan kawatir banyak yang masih mau denganmu. Semoga ada yang lebih menyayangimu. Tapi ku kira akan tetap sama denganku. Dan siklus ini akan berputar lagi.
Pertama kali aku melihatmu hanya biasa saja. Tidak ada yang istimewa, sampai aku benar-benar melihatmu. Dulunya aku hanya ingin berteman denganmu. Tapi seseorang berkata bahwa kau suka padaku. Aku pikir, masa bodoh dengan semua itu, apa artinya suka jika akhirnya cuma membuat masalah. Jadi aku tidak pernah pikir panjang. Jalani saja apa yang ingin kujalani. Akupun dapat ranking 1 pada semester 1, dan ranking 2 pada semester 2. Kalau kamu? Ya mana ku tau. Tapi kau malah kagum padaku, aneh sekali.
Sampai akhirnya satu tahun berlalu denganmu tanpa ada apa-apa. Hanya sorakan anak-anak kecil desa yang masih aneh dengan istilah berpacaran. Kau di B dan aku di A. Sama sekali aku lupa denganmu. Melihat saja jarang apalagi berpikir. Tidak pernah. Tanpa ku tahu kau sudah menghabiskan tiga teman laki-lakimu. Tapi apa peduliku, biar saja. Lakukan apa yang ingin kau lakukan dan yang ingin aku lakukan. Dan tahun yang kedua ini aku mendapat urutan pertama di kelas, tapi untuk laki-laki. Masih ada tiga siswa perempuan yang ada di depanku. Terima sajalah, paling tidak dapat lima besar. Dan kamu? Aku tetap tidak tau. Tidak mau tau.
Tapi Tuhan berkata lain. Tahun berikutnya aku bertemu lagi denganmu dengan anak-anak yang dulu. Di kelas C yang dulu. Ah kamu lagi. Tapi apa ini? Kenapa aku ingin terus melihatmu, memikirkanmu? Semua yang dulu kupikirkan hilang. Ada yang tidak beres denganku. Sekarang menurutku kau seperti bidadari untukku. Lama kelamaan aku tidak tahan lagi. Aku ungkapkan semua isi hatiku padamu. Dan jawabanmu positif. Aku senang.
Tapi ada apa ini. Kenapa semuanya tidak seperti yang ku bayangkan. Kenapa semua berbalik. Kubayangkan akan jadi sangat menyenangkan karena mempunyai seorang Dewi. Tapi kenapa jadi begini. Setiap saat hanya masalah dan masalah. Masalah pikiran dan masalah pelajaran. Memang ada yang menyenangkan tapi cuma 20% selebihnya bullshit. Omong kosong belaka. Ternyata memang benar pikiranku yang dulu.
Luntur. Bagai baju yang kebanyakan dicuci, rasaku padamu mulai luntur. Semua masalah hati dan pikiran mebuatku jenuh. Aku mulai ingin mencari gadis lain. Tapi itu akan menambah bebanku. Dan hal yang aku takutkan pun terjadi. Jangankan lima besar, sepuluh besar saja aku tidak masuk. Itu saat pengumuman nilai danem untuk masuk SMA.
Betapa kecewanya aku. Mengapa dulu aku tidak dengarkan saja kata-kata ibuku, guruku. Mengapa tidak ku pegang teguh saja pikiranku dulu. Sekarang baru kurasakan akibatnya. Aku yang dulu selalu tidak pernah lewat lima besar, sekarang sepuluh besar saja tidak masuk. Dan dia lebih parah lagi peringkatnya anak tiga kelas dijumlahkan. Ya itu dia, tidak kelihatan.
Ampun tidak lagi-lagi. Kurasa hubungan kita sampai disini saja karena akupun akan jauh darimu. Perasaan kitapun sudah sama bosannya. Buat apa diteruskan. Cari saja yang lain, pasti banyak yang mau, akupun juga. Dan lupakan semua, tinggalkan ini. Aku akan tenang dan kau akan pergi. Selamat tinggal.

Ketua baru, Ketua Baru...

Pagi itu ada panggilan untuk semua ketua kelas X sampai XII, mereka semua disuruh berkumpul di ruang komputer untuk menerima pengarahan tentang penggunaan Speedy Prepaid, kebetulan saat itu ketua kelas dari X-6 diganti, mungkin karena kinerjanya kurang maksimal. Dan ternyata denger-denger ketua X-6 itu diganti karena ketahuan nyontek pas pelajaran bahasa Jepang, dan sialnya guru bahasa Jepang itu adalah wali kelas X-6 sendiri. Sudah ketahuan nyontek, gak dapat nilai, di pecat lagi, ketiban sial 3 kali tu namanya.
Tapi kalau menurutku sendiri ketua lama dari X-6 ini sebenarnya malah dapat untung. Taukan bagaimana capeknya jadi ketua. Kalau kelas rame diingetin cuma habisin tenaga doang, gakkan ada pengaruhnya, kalau sudah dimarahin guru, ketuanya yang paling banyak kena, capek banget deh. Pernah juga watu ada panggilan pas aku lagi di toilet. waktu pulang aku baru tau kalau tadi ada pengumuman, untungnya aku di beri tau ketua kelas yang lain.
“ eh kemana aja, tadi ada panggilan penting kok gak ada?”.
Dengan bingung aku Tanya, “tadi ada panggilan? Kapan ? kok aku gak dikasih tau sih? Pengumumannya apa!”.
“satu-satu dong kalo tanya, tadi waktu istirahat, aku mau beri tau gak tau kamunya ada dimana, pengumumannya….”. Akhirnya aku dikasih tau
Waktu itu aku bingung setengah mati, ada pengumuman penting gini, anank-anak sudah pada pulang, gimana nih…? Akhirnya aku sms ke nomer-nomer temanku yang aku punya, dan aku suruh nyebarin sekalian. Aku sudah habis banyak pulsa, sudah gitu aku masih aja kawatir, kalau-kalau nanti masih ada yang belum tau gimana? Pasti aku yang bakal kena dampratnya. Padahal mestinyacuma masalah kecil aja bisa jadi besar. Jadi sekarang aku harus terus standby kalau-kalau ada pengumuman lagi.
Jadi sebagai sesame ketua kelas aku tahu banget, pasti mantan ketua X-6 itu seneng banget, gembira, merdeka, bebas dari segala musibah. Dan yang jadi kepercayaan oleh sensei untuk menggantikan jabatan tertinggi yang sangat mulia dikelas itu adalah Onif. Sebenarnya sih Onif ini gak ada tampang ataupun sifat sebagai ketua. Biar ku jelasin kenapa dia sebanarnya gak pantes jadi ketua. Dilihat dari semuanya dia sama sekali gak pantes jadi ketua. Bisa dibilang dia ini cupu banget. Wajahnya kalau orang jawa bilang klenga-klengo, emang simetris sama orangnya. Dia pake kacamata tebel, badannya sedikit agak melengkung, kalau ngeliatin orang kepalanya agak ndongak. Bisa bayanginkan?, dah gitu matanya seperti orang ngantuk. Jadi separuh nutup gitu, tapi ngomongnya cepet, itu yang aneh. Walaupun memang kata teman-temannya dia lumayan pintar.
Diapun sebenarnya menolak, tapi sensei tetap mepercayainya sebagai ketua. Aku dengar-dengar sih gara-garanya waktu ulangan bahasa Jepang dia dapat nilai 100. Jadinya dia jadi murid kesayangan sensei. Dengan bijaksana sensei mencoba meringankankan tugasnya, yaitu dengan langsung melapor saja jika ada yang rame, Enak ya jadi kaya mata-mata gitu.Tapi apa efektif? Diakan cupu, biasanya aja dibuat guyonan sama temennya.
Pada waktu panggilan ketua itu aku dan Bagas, ketua X-3 kebetulan datang terlambat. Waktu aku datang masih banyak juga sih ketua yang belum datang, biasa budaya jam karet Indonesia tercinta masih kita lestarikan. Tapi gak taunya Onif sudah ada di ruang komputer, maklumlah ketua baru masa memberi citra yang buruk, ya malu dong. Dan Pak Joko selaku guru TIK pun menjalaskan bagaimana cara menggunakan Speedy Prepaid, melihat saldonya, dan posisi saat lomba online pertama.
Setelah selesai menjelaskan, pak Joko memberi kesempatan kami untuk bertanya. Aku dan Bagas sih gak ada pertanyaan apa-apa karena memang gak ngerti. Tapi secara mengejutkan Onif pun bertanya pada pak Joko. Walaupun agak kurang nyambung. Babak pertamapun dimulai.
“ Pak harga laptop sekarang paling murah berapa ya pak?”
Pak Jokom pun menjawab, “ Kira-kira sekitar 4,5 jutaan kalu tidak salah”
Dia pun tanya lagi, ”Lha saya lihat dikoran kemarin kok harganya Cuma 3 jutanan pak?”
Aku bisik-bisik sama Bagas, “ eh lha kalau sudah tau ngapain tanya…”. Kami cengengesan.
Pak Joko pun membantah “tidak mungkin kalau 3 jutanan itu mungkin second”
Dia pun meyakinkan, “Ndak pak, saya lihat itu harga laptop baru kok…”
Sebenarnya pembicaraan seperti ini lebih cocok kalau saat istirahat dia langsung menemui pak Joko. Karena sekarang bel sudah berbunyi, waktunya masuk kelas dan kami tidak istirahat gara-gara pertanyaan gak penting ini. Ini juga termasuk konsekuensi yang harus ditanggung para ketua: mendengar obrolan tak penting dan mengorbankan waktu isrirahat kami yang Cuma 15 menit ini. Babak kedua pun dilanjutkan
Salah satu kelua kelas XII yang tak sabarpun menyahut “BM kali…”
Pak Joko pun mengiyakannya, ”iya, kalau tidak second ya BM”
Eh dia Tanya lagi “ BM itu apa pak?”. Yaah kirain dah tau, gak taunya gak tau. Padahal aku juga gak tau. Tapi paling gak kan yang punya masalah bukan aku, jadi ya buat apa mikirin.
Ketua kelas XII itu nyahut lagi “BM tu masih saudara ma BF!”. Kami semua tertawa serempak. Pak Joko pun ikut tertawa.
“Ooo, jadi BF kan Blue Film, lha BM apa?. Tanyanya polos. Kami pun tertawa terpingkal-pingkal. Aku pikir, ni anak polos banget, dibilangin gitu langsung percaya aja. Dengan wajah klenga-klengo khasnya, dia cuma bisa tolah-toleh dengan mulut menganga. Mungkin dia pikir, " apanya sih yang lucu?"
Dengan bijaksana pak Joko pun mengahiri tawa semua ketua kelas dan menjawab. “BM itu Black Market bahasa Indonesianya pasar gelap”. Aku merasa pak Joko sudah capek kalau harus ditanya lagi, karena itu pak Joko langsung saja menjawab sekalian dengan artinya.
Diapun malu setengah mati, karena tawa semua ketua itu masih belum reda sepenuhnya. Babak keduapun berakhir dengan rasa malu yang sangat oleh Onif. Dan setelah kejadian tanya jawab yang konyol itu aku dan bagas selalu bisik-bisik kalau ada panggilan ketua. “eh idolamu sudah nunggu tu…”. "enak aja, lo aja kali.."

Kamis, 05 Februari 2009

Kisah cintaku

Siang ini terasa lebih redup, matahari tampak nyaman berselimut awan putih hingga panasnya tidak sampai membakar kulit. Kini tinggal semilir angin sejuk yang berhembus menerpa dedaunan yang melambai-lambai menyambutku hingga mendamaikan hatiku yang memandangnya, hati yang sedang lelah bahkan untuk mengatur napas, karena merasa lega atas semua yang telah terlewatkan.
Dari awal jam pelajaran pertama, sepuluh jari tanganku sudah terasa dingin memikirkan empat mata pelajaran yang semuanya tes. Pelajaran pertama aku harus berakting layaknya artis kondang yang melanglang buana, tak apa jika hanya bahasa Indonesia, tapi ini bahasa inggris, harus pronounlah, vocablah, dan semua bahasa yang sulit diucapkan, pelajaran kedua dan ketiga ulangan ekonomi dan sejarah, hanya hafalan dan hafalan, hingga rambutku bisa jadi keriting. dan yang terakhir adalah matematika, pahamilah konsepnya, telitilah dalam mengerjakan dan senangilah pelajarannya. Itulah yang selalu terucap dari mulut guruku yang jenius itu, tapi tetap saja aku sulit memahaminya.
Tapi kini aku telah berada di bawah pohon rindangku, di tengah taman kota ini. Kusandarkan tubuhku dengan perlahan, kuambil nafas panjang dan mengeluarkannya berlahan. Aaaaaah, lega sekali ku rasakan. kurasa seakan jantungku yamg berhenti dan mulai berdetak kembali. Aku terdiam, memandangi semuanya.
Seperti biasanya tukang es masih duduk menunggui dagangannya yang sepi karena redupnya suasana siang ini. Anak-anak kecil berlari-larian bermain bersama teman-temannya. Sepasang pria dan wanita ku lihat duduk bersama dikursi taman, dipayungi rimbunnya pohon angsana, aku hanya bisa tersenyum melihatnya. Waktu menunjukkan tepat pukul 1 siang tapi kurasa sudah jam 3 sore, Cuma dalam perasaan. Tiba-tiba mataku mulai terpejam karena rayuan semilir angin ini, akupun tertidur.
Angin nakal tiba-tiba berhembus menyadarkan aku dari tidurku, tapi Cuma sebentar. Seakan dia sengaja membangunkanku. kukedip-kedipkan mataku untuk menghilangkan rasa kantuk ini. waktu kulihat baru berjalan 30 menit. Sepasang kekasih tadi telah pergi.
Ada yang beda dengan suasana kali ini., kini mataku tak berkedip sama sekali. Siapa dia? Rambutnya hitam dan panjang, dibiarkan terurai tanpa kuncir. Anggun sekali. kulitnya kuning langsat tanpa noda sedikitpun, dia memakai seragam putih abu-abu, di lengannya tertulis SMA Harapan Bangsa. Aku terpana melihatnya. Dia menyilangkan kakinya, pandangannya tertunduk membaca novel yang dipegang kedua tangannya. sesekali matanya berkedip mengipaskan bulu matanya yang lentik, kali ini aku tak bisa menahannya, mulutku menganga. sesekali juga dia menyibak rambut yang menghalangi pandangannya, dengan senyum manis yang timbul di bibir tipisnya disetiap bagian tertentu buku novel itu. Ya Tuhan siapakah dia? dialah gadis tercantik yang pernahku lihat, bahkan aku belum pernah sekalipun melihatnya.
Kucoba mengendalikan diriku, ku tampar pelan kedua pipiku, kugeleng-gelengkan kepalaku dan kukedip-kedipkan mataku mencoba manguasai diri. Kini aku lebih tenang, walau mataku masih tak bisa lepas darinya. Aku hanya bisa memandanginya dari kejauhan, sambil mengembangkan senyum. angin semilir kembali berhembus, mata pun kembali mulai terpejam. Sedikit demi sedikit aku coba menguasai tapi sia-sia. Kini hanya tinggal bayangannya yang semakin lama semakin rabun dan hilang.
Dia datang, gadis itu datang padaku. Jantungku berdetak kencang, aku tak bisa menguasai diri. Dia mendekat dan lebih dekat dengan senyumnya yamg masih kembang, aku salah tingkah. Dia menepuk bahuku, aku berjingkat kaget. Aku pun terbangun Ya Tuhan, ternyata hanya mimpi. kulihat kembali bangku taman itu. Kosong, ternyata dia telah pergi. Ku lihat waktu di tangan ku menunjukkan tepat jam setengah tiga. Akupun bergegas pulang ke rumah.
Keesokan harinya, setelah pulang sekolah aku segera pergi ke SMA Harapan Bangsa. Aku menunggunya keluar, untuk tau dimana dia tinggal. Tapi terlalu lama, apakah dia sudah kembali? Aku putuskan untuk ketaman kota di bawah pohon rindangku. Ternyata dia sudah duduk manis di kursi taman sambil terus membaca novel yang dia baca. Aku mersa tenang telah menemukannya. Tapi diri ini masih ragu untuk sekedar berkanalan dengannya. Aku putuskan untuk memandangnya saja sampai terkumpul keberanianku.
Aku terpesona melihat kecantikannya. masih timbul pertanyaan yang sama untuk diriku sendiri, siapakah dia? ku keluarkan buku tulisku ku tuliskan puisi untuknya.
Siapakah dirimu
Aku terpana, aku terlena
Tapi hanya bisa pandangimu
Apakah kau datang dari langit
Ataukah dari surga
Kau terlalu sempurna untuk bumi
Taukah kau
Kurasa aku telah jatuh
Aku jatuh cinta padamu
Akan ku simpan
Sampai tiba saatnya nanti
Saat ku tau siapa dirimu

Penaku terlepas, kapalaku tersandar pada kokohnya pohon angsanaku ini. Aku kembali terlelap. Ya tuhan aku kecolongan lagi. Dia juga sudah pergi. Aku bertanya pada penjual es, “Bang tau cewek yang duduk di kursi itu gak?”. “Cewek yang mana mas, saya gak liat tuh…”. “Aneh, apa benar dia tak melihatnya? Apa mungkin aku salah lihat?”, aku terus bertanya pada diriku sendiri. Tapi segera kubuang jauh-jauh semua pikiran itu. Kuputuskan untuk kembali besok.
Hari ini aku akan kumpulkan semua keberanian untuk mencoba berkenalan dengan makhluk tercantik yang pernah kulihat itu. Ku putuskan setelah pulang sekolah langsung pergi ke bawah pohonku. Sepertinya Tuhan sudah menakdirkannya kami untuk bertemu kembali. Dia sudah duduk bersilang kaki, sambil asyik membaca buku novelnya itu.Aku mengumpulkan seluruh keberanian, semangat dan nekadku dari ujung kaki sampai ujung rambut. Kutarik nafas dalam-dalam kemudian kukeluarkan perlahan melalui mulut. Kulangkahkan kaki dengan pasti, kuhampiri dia.
“Eeee boleh saya duduk disini?”, tanyaku sebisanya.
“Oh, ya silakan”, dia menjawab. Ya tuhan aku sama sekali belum pernah sekali pun mendengar suaranya, merdu sekali.
Tubuhku kaku, aku jadi salah tingkah, tapi terus kulanjutkan. “Ee..perkenalkan nama saya teguh dari SMA Tri Murti, mbak namanya siapa? Lanjutku.
Dia menutup bukunya dan melihatku sambil tersenyum, “Nama saya Seruni. Iya saya tahu kamu dari SMA Tri Murti. Di baju kamu kan ada tulisannya.” “Aduh bodoh banget sih aku, kenapa juga harus ngomong sekolahan segala” pikirku. “Oh ya, lupa hahaha,” Aku menjawab sambil tersipu dan menggaruk belakang kepala, padahal tidak gatal.
Kuputuskan untuk melanjutkan pembicaraan.“Eh Seruni, saya lihat kamu sering duduk disini sambil baca buku, disini tempat favorit Seruni ya?”, tanyaku.
“Merasakan sejuknya sentuhan angin, dan pohon-pohon angsana yang selalu setia memayungiku, walau seperti apapun teriknya matahari tak akan sampai terasa. aku rasa ini adalah tempat terbaikku untuk membaca buku ini”. Jawabnya.
Aku terpesona lagi oleh kata-katanya kurasa dia bukan hanya cantik dari luar saja tetapi juga dalam hati. Kurasa ku tau itu dari kata-kata yang melambangkan kepribadiannya. Benar-benar dia seperti dewi yang turun dari langit.
“Kalau tidak salah kamu yang suka duduk-duduk di bawah pohon sana itu ya?”, dia balik bertanya.
“Eh iya, kok kamu bisa tau, kan tertutup semak-semak?”, tanyaku penasaran.
“ Ya taulah walau tertutupkan tapi tidak semuanya, bahkan saya sering liat kamu sampai ketiduran”, jawabnya sambil tertawa kecil
“Iya hahaha…”, jawabku malu. Tapi ini berarti selama ini dia juga tau aku aku jadi tambah ingin mengenalnya.
“Maaf ya sudah jam 2, aku harus pulang”, katanya
“Apakah kamu setiap hari kesini?”, tanyaku.
“Hampir setiap pulang sekolah aku kasini, tapi kalau kamu mau bertemu dengan ku, aku pasti ada di sini. Sudah ya”. Dia menjawab dan berlalu pergi.
Ya Tuhan aku tidak percaya aku sudah kanal dengannya. Namanya Seruni, nama yang indah sekali serupa dengan wajah dan hatinya. Ku lihat dia masih berjalan, ingin ku ikuti untuk tau dimana dia tinggal. Tapi bayangannya sirna oleh hiruk pikuk para pengunjung taman. Aku menarik nafas lega, dan ikut berlalu.
Kini hari demi hari kulalui dengan sangat bahagia. setiap hari aku selalu menemuinya di kursi taman itu. sekedar berbincang atau karena ingin melihat paras bidadarinya dari dekat. Terkadang aku berjalan-jalan bersamanya untuk sekedar menganti suasana. hatiku sangat damai saat ini. sering sakali ku perhatikan dia selalu membawa bukunya itu. aku penesaran buku apa itu, sepertinya sangat berarti baginya. kemanapun dia pergi dia selalu membawanya.
"Seruni, sebenarnya buku apa yang selalu kau bawa dan kau baca kemanapun kau pergi itu?", aku mencoba bertanya.
Dia tersenyum,"buku ini adalah buku yang sangat kusayangi, kau tahu kenapa aku sangat menyayangi buku ini?", dia ingin aku menebaknya.
"Itu buku hadiah ulang tahunmu...?", jawabku sekananya.
Dia tersenyum lagi," aku mendapatkan buku ini dengan sangat bersusah payah, dulu aku sangat menginginkan buku ini". Dia berhenti sejenak mengambil nafas dan melanjutukan lagi, "waktu itu aku mencarinya di semua toko buku tapi tidak ada,. tinggal satu toko yang belum aku datangi yaitu Pustaka Dunia. disana aku melihatnya tinggal satu, tapi ternyata menjadi rebutan oleh seorang mahasiswa dan seorang mahasiswi yang sama-sama ingin memilikinya. hingga akhirnya buku itu terbelah dua. tapi akhirnya tidak ada yang mau mengambilnya.
"Egois sekali mereka", sahutku.
Dia memandangi buku kaseyangannya itu."ya begitulah, mungkin jika salah satu dari mereka mendapatkannya, dia akan lagsung mencampakan buku itu setelah dia selesai membacanya, seperti halnya yang dilakukan saat buku itu jadi dua bagian. Dia menyingkap rambut yang menutupi matanya dan melanjutkan ,"yang mereka lihat bukanlah isi buku itu tetapi hanya sampulnya yang menarik, sama sekali mereka tidak mengerti".
"sebenarnya apa buku yang sangat kau sayangi ini". tanyaku ingin lebih tau.
"Apa Arti Cinta, buku yang mengungkap cinta dari semua sisi karya Andy Saputra". jawabnya langsung.
"Bolehkah aku meminjam buku itu", aku penasaran sepertinya buku yang sangat menarik.
Dia sepertinya agak ragu," apakah kamu bisa dipercaya?"
"Aku janji dalam satu minggu buku itu akan aku kembalikan". Ikrarku.
"Baiklah sepertinya kamu bisa dipercaya, tapi cuma satu minggu!". katanya.
"Iya-iya janji...". kataku meyakinkan.
Saat sampai di rumah aku langsung membacanya. Memang benar kata Seruni, buku itu mengungkap semua arti cinta, dari yang paling indah sampai yang paling menyakitkan, Memang buku yang cocoknya. Aku semakin menyukainya, ingin kuselipkan sepucuk surat untuknya saat aku mengembalikan buku ini. Satu minggu telah berlalu aku segera mengembalikan buku ini kepadanya. Ku serahkan buku itu dan ku suruh dia untuk membukanya di rumah. Hatiku berdebar menanti jawaban darinya. Keesokan harinya dengan langkah yang tak pasti aku menemuinya di kursi taman itu. Ku bertanya pada penjual es krim, "bang cewek yang biasanya duduk disini kemana ya bang?".
"Cewek yang mana mas?", tanya balik penjual es itu.
"Lhah, cewek yang cantik, rambutnya panjang, dan selalu baca buku". Jelasku.
"Gak pernah lihat tu mas, biasanya saya lihat mas bicara sendiri di kursi itu". katanya.
Tanpa banyak bicara aku langsung meninggalkannya. tak mungkin, mana mungkin aku bicara sendiri, jelas sekal aku selalu bersama dengan Seruni, tapi kemana dia? Ku putuskan untuk pergi ke sekolahnya. Disana aku aku bertanya pada seorang guru TU.
"Bu saya mencari murid yang namanya seruni ada di kelas mana ya bu?". tanyaku
"Seruni siapa?", dengan wajah sangat penasaran beliau bertanya
"Seruni Puspa Dewi", jawabku langsung.
"Siapa? Seruni Puspa Dewi?", tanyanya lagi
"Iya bu memang kenapa?" tanyaku lebih penasaran.
I Bu guru itu menarik nafas panjang dan menjawabku, "Nak, dia memang pernah sekolah di sini tapi dua tahu yang lalu".
"Lalu dia sekarang ada dimana bu?"
Wajah Ibu Guru itu sedih, air mukanya pun berubah ,"Dia sudah meninggal"
"Apa! mana mungkin, kemarin saya baru bertemu dengannya, mana mungkin dia sudah meninggal!".
"Terimalah anakku itulah yang terjadi padanya, ibu juga berat mengatakan ini padamu."
Aku tak percaya sama sekali tak tercaya akan kenyataan ini, tak terasa air mataku menetes sedikit-demi sedikit. aku masih sulit meyakinkan diriku "ini tidak mungkin Bu, kemarin aku masih bertemu dengannya, bicara dengannya bagamana mungkin dia sudah tiada?". dengan air mata yang membasahi pipi ini aku tersengal-sengal mengatur nafasku.
air mata ibu itu pun ikut mengalir," sudahlah nak terimalah kenyataan ini, 2 tahun lalu tepat didepan taman kota itu terjadi kecelakaan maut, tak pernah ibu sangka itu adalah seruni, dia tertabrak bis dari belakang saat sedang membaca buku kesayangannya, dan ibu tau persis sopir bus ugal-ugalan itu masih mendekam di balik penjara saat ini.
Dengan sangat kecewa aku meninggalkan sekolah itu, dengan langkah lunglai aku bejalan ke taman kota itu. aku duduk dikursi taman dengan lemas menahan tangis, batinku masih terguncang. Aku masih ingat bagaimana wajahnya, bagaimana aku menghabiskan waktu bersama seruni, bagaimana tutur katanya yang indah, bagaimana dia sangat menyayangi bukunya itu.
Telah lama aku merenung. Aku merasa agak lebih tenang sekarang, dia adalah bidadari pertamaku tak akan lepas dari hatiku. walau aku berusaha meninggalkan kenangan manis yang pahit. aku meninggalkan kursi itu dengan harapan semoga ia sekarang tenang di sana. angin semilir mengiringi kepergianku seperti waktu pertama aku bertemu. Selamat tinggal Seruni, selamat tinggal cinta tak sampaiku.