Kamis, 05 Februari 2009

Kisah cintaku

Siang ini terasa lebih redup, matahari tampak nyaman berselimut awan putih hingga panasnya tidak sampai membakar kulit. Kini tinggal semilir angin sejuk yang berhembus menerpa dedaunan yang melambai-lambai menyambutku hingga mendamaikan hatiku yang memandangnya, hati yang sedang lelah bahkan untuk mengatur napas, karena merasa lega atas semua yang telah terlewatkan.
Dari awal jam pelajaran pertama, sepuluh jari tanganku sudah terasa dingin memikirkan empat mata pelajaran yang semuanya tes. Pelajaran pertama aku harus berakting layaknya artis kondang yang melanglang buana, tak apa jika hanya bahasa Indonesia, tapi ini bahasa inggris, harus pronounlah, vocablah, dan semua bahasa yang sulit diucapkan, pelajaran kedua dan ketiga ulangan ekonomi dan sejarah, hanya hafalan dan hafalan, hingga rambutku bisa jadi keriting. dan yang terakhir adalah matematika, pahamilah konsepnya, telitilah dalam mengerjakan dan senangilah pelajarannya. Itulah yang selalu terucap dari mulut guruku yang jenius itu, tapi tetap saja aku sulit memahaminya.
Tapi kini aku telah berada di bawah pohon rindangku, di tengah taman kota ini. Kusandarkan tubuhku dengan perlahan, kuambil nafas panjang dan mengeluarkannya berlahan. Aaaaaah, lega sekali ku rasakan. kurasa seakan jantungku yamg berhenti dan mulai berdetak kembali. Aku terdiam, memandangi semuanya.
Seperti biasanya tukang es masih duduk menunggui dagangannya yang sepi karena redupnya suasana siang ini. Anak-anak kecil berlari-larian bermain bersama teman-temannya. Sepasang pria dan wanita ku lihat duduk bersama dikursi taman, dipayungi rimbunnya pohon angsana, aku hanya bisa tersenyum melihatnya. Waktu menunjukkan tepat pukul 1 siang tapi kurasa sudah jam 3 sore, Cuma dalam perasaan. Tiba-tiba mataku mulai terpejam karena rayuan semilir angin ini, akupun tertidur.
Angin nakal tiba-tiba berhembus menyadarkan aku dari tidurku, tapi Cuma sebentar. Seakan dia sengaja membangunkanku. kukedip-kedipkan mataku untuk menghilangkan rasa kantuk ini. waktu kulihat baru berjalan 30 menit. Sepasang kekasih tadi telah pergi.
Ada yang beda dengan suasana kali ini., kini mataku tak berkedip sama sekali. Siapa dia? Rambutnya hitam dan panjang, dibiarkan terurai tanpa kuncir. Anggun sekali. kulitnya kuning langsat tanpa noda sedikitpun, dia memakai seragam putih abu-abu, di lengannya tertulis SMA Harapan Bangsa. Aku terpana melihatnya. Dia menyilangkan kakinya, pandangannya tertunduk membaca novel yang dipegang kedua tangannya. sesekali matanya berkedip mengipaskan bulu matanya yang lentik, kali ini aku tak bisa menahannya, mulutku menganga. sesekali juga dia menyibak rambut yang menghalangi pandangannya, dengan senyum manis yang timbul di bibir tipisnya disetiap bagian tertentu buku novel itu. Ya Tuhan siapakah dia? dialah gadis tercantik yang pernahku lihat, bahkan aku belum pernah sekalipun melihatnya.
Kucoba mengendalikan diriku, ku tampar pelan kedua pipiku, kugeleng-gelengkan kepalaku dan kukedip-kedipkan mataku mencoba manguasai diri. Kini aku lebih tenang, walau mataku masih tak bisa lepas darinya. Aku hanya bisa memandanginya dari kejauhan, sambil mengembangkan senyum. angin semilir kembali berhembus, mata pun kembali mulai terpejam. Sedikit demi sedikit aku coba menguasai tapi sia-sia. Kini hanya tinggal bayangannya yang semakin lama semakin rabun dan hilang.
Dia datang, gadis itu datang padaku. Jantungku berdetak kencang, aku tak bisa menguasai diri. Dia mendekat dan lebih dekat dengan senyumnya yamg masih kembang, aku salah tingkah. Dia menepuk bahuku, aku berjingkat kaget. Aku pun terbangun Ya Tuhan, ternyata hanya mimpi. kulihat kembali bangku taman itu. Kosong, ternyata dia telah pergi. Ku lihat waktu di tangan ku menunjukkan tepat jam setengah tiga. Akupun bergegas pulang ke rumah.
Keesokan harinya, setelah pulang sekolah aku segera pergi ke SMA Harapan Bangsa. Aku menunggunya keluar, untuk tau dimana dia tinggal. Tapi terlalu lama, apakah dia sudah kembali? Aku putuskan untuk ketaman kota di bawah pohon rindangku. Ternyata dia sudah duduk manis di kursi taman sambil terus membaca novel yang dia baca. Aku mersa tenang telah menemukannya. Tapi diri ini masih ragu untuk sekedar berkanalan dengannya. Aku putuskan untuk memandangnya saja sampai terkumpul keberanianku.
Aku terpesona melihat kecantikannya. masih timbul pertanyaan yang sama untuk diriku sendiri, siapakah dia? ku keluarkan buku tulisku ku tuliskan puisi untuknya.
Siapakah dirimu
Aku terpana, aku terlena
Tapi hanya bisa pandangimu
Apakah kau datang dari langit
Ataukah dari surga
Kau terlalu sempurna untuk bumi
Taukah kau
Kurasa aku telah jatuh
Aku jatuh cinta padamu
Akan ku simpan
Sampai tiba saatnya nanti
Saat ku tau siapa dirimu

Penaku terlepas, kapalaku tersandar pada kokohnya pohon angsanaku ini. Aku kembali terlelap. Ya tuhan aku kecolongan lagi. Dia juga sudah pergi. Aku bertanya pada penjual es, “Bang tau cewek yang duduk di kursi itu gak?”. “Cewek yang mana mas, saya gak liat tuh…”. “Aneh, apa benar dia tak melihatnya? Apa mungkin aku salah lihat?”, aku terus bertanya pada diriku sendiri. Tapi segera kubuang jauh-jauh semua pikiran itu. Kuputuskan untuk kembali besok.
Hari ini aku akan kumpulkan semua keberanian untuk mencoba berkenalan dengan makhluk tercantik yang pernah kulihat itu. Ku putuskan setelah pulang sekolah langsung pergi ke bawah pohonku. Sepertinya Tuhan sudah menakdirkannya kami untuk bertemu kembali. Dia sudah duduk bersilang kaki, sambil asyik membaca buku novelnya itu.Aku mengumpulkan seluruh keberanian, semangat dan nekadku dari ujung kaki sampai ujung rambut. Kutarik nafas dalam-dalam kemudian kukeluarkan perlahan melalui mulut. Kulangkahkan kaki dengan pasti, kuhampiri dia.
“Eeee boleh saya duduk disini?”, tanyaku sebisanya.
“Oh, ya silakan”, dia menjawab. Ya tuhan aku sama sekali belum pernah sekali pun mendengar suaranya, merdu sekali.
Tubuhku kaku, aku jadi salah tingkah, tapi terus kulanjutkan. “Ee..perkenalkan nama saya teguh dari SMA Tri Murti, mbak namanya siapa? Lanjutku.
Dia menutup bukunya dan melihatku sambil tersenyum, “Nama saya Seruni. Iya saya tahu kamu dari SMA Tri Murti. Di baju kamu kan ada tulisannya.” “Aduh bodoh banget sih aku, kenapa juga harus ngomong sekolahan segala” pikirku. “Oh ya, lupa hahaha,” Aku menjawab sambil tersipu dan menggaruk belakang kepala, padahal tidak gatal.
Kuputuskan untuk melanjutkan pembicaraan.“Eh Seruni, saya lihat kamu sering duduk disini sambil baca buku, disini tempat favorit Seruni ya?”, tanyaku.
“Merasakan sejuknya sentuhan angin, dan pohon-pohon angsana yang selalu setia memayungiku, walau seperti apapun teriknya matahari tak akan sampai terasa. aku rasa ini adalah tempat terbaikku untuk membaca buku ini”. Jawabnya.
Aku terpesona lagi oleh kata-katanya kurasa dia bukan hanya cantik dari luar saja tetapi juga dalam hati. Kurasa ku tau itu dari kata-kata yang melambangkan kepribadiannya. Benar-benar dia seperti dewi yang turun dari langit.
“Kalau tidak salah kamu yang suka duduk-duduk di bawah pohon sana itu ya?”, dia balik bertanya.
“Eh iya, kok kamu bisa tau, kan tertutup semak-semak?”, tanyaku penasaran.
“ Ya taulah walau tertutupkan tapi tidak semuanya, bahkan saya sering liat kamu sampai ketiduran”, jawabnya sambil tertawa kecil
“Iya hahaha…”, jawabku malu. Tapi ini berarti selama ini dia juga tau aku aku jadi tambah ingin mengenalnya.
“Maaf ya sudah jam 2, aku harus pulang”, katanya
“Apakah kamu setiap hari kesini?”, tanyaku.
“Hampir setiap pulang sekolah aku kasini, tapi kalau kamu mau bertemu dengan ku, aku pasti ada di sini. Sudah ya”. Dia menjawab dan berlalu pergi.
Ya Tuhan aku tidak percaya aku sudah kanal dengannya. Namanya Seruni, nama yang indah sekali serupa dengan wajah dan hatinya. Ku lihat dia masih berjalan, ingin ku ikuti untuk tau dimana dia tinggal. Tapi bayangannya sirna oleh hiruk pikuk para pengunjung taman. Aku menarik nafas lega, dan ikut berlalu.
Kini hari demi hari kulalui dengan sangat bahagia. setiap hari aku selalu menemuinya di kursi taman itu. sekedar berbincang atau karena ingin melihat paras bidadarinya dari dekat. Terkadang aku berjalan-jalan bersamanya untuk sekedar menganti suasana. hatiku sangat damai saat ini. sering sakali ku perhatikan dia selalu membawa bukunya itu. aku penesaran buku apa itu, sepertinya sangat berarti baginya. kemanapun dia pergi dia selalu membawanya.
"Seruni, sebenarnya buku apa yang selalu kau bawa dan kau baca kemanapun kau pergi itu?", aku mencoba bertanya.
Dia tersenyum,"buku ini adalah buku yang sangat kusayangi, kau tahu kenapa aku sangat menyayangi buku ini?", dia ingin aku menebaknya.
"Itu buku hadiah ulang tahunmu...?", jawabku sekananya.
Dia tersenyum lagi," aku mendapatkan buku ini dengan sangat bersusah payah, dulu aku sangat menginginkan buku ini". Dia berhenti sejenak mengambil nafas dan melanjutukan lagi, "waktu itu aku mencarinya di semua toko buku tapi tidak ada,. tinggal satu toko yang belum aku datangi yaitu Pustaka Dunia. disana aku melihatnya tinggal satu, tapi ternyata menjadi rebutan oleh seorang mahasiswa dan seorang mahasiswi yang sama-sama ingin memilikinya. hingga akhirnya buku itu terbelah dua. tapi akhirnya tidak ada yang mau mengambilnya.
"Egois sekali mereka", sahutku.
Dia memandangi buku kaseyangannya itu."ya begitulah, mungkin jika salah satu dari mereka mendapatkannya, dia akan lagsung mencampakan buku itu setelah dia selesai membacanya, seperti halnya yang dilakukan saat buku itu jadi dua bagian. Dia menyingkap rambut yang menutupi matanya dan melanjutkan ,"yang mereka lihat bukanlah isi buku itu tetapi hanya sampulnya yang menarik, sama sekali mereka tidak mengerti".
"sebenarnya apa buku yang sangat kau sayangi ini". tanyaku ingin lebih tau.
"Apa Arti Cinta, buku yang mengungkap cinta dari semua sisi karya Andy Saputra". jawabnya langsung.
"Bolehkah aku meminjam buku itu", aku penasaran sepertinya buku yang sangat menarik.
Dia sepertinya agak ragu," apakah kamu bisa dipercaya?"
"Aku janji dalam satu minggu buku itu akan aku kembalikan". Ikrarku.
"Baiklah sepertinya kamu bisa dipercaya, tapi cuma satu minggu!". katanya.
"Iya-iya janji...". kataku meyakinkan.
Saat sampai di rumah aku langsung membacanya. Memang benar kata Seruni, buku itu mengungkap semua arti cinta, dari yang paling indah sampai yang paling menyakitkan, Memang buku yang cocoknya. Aku semakin menyukainya, ingin kuselipkan sepucuk surat untuknya saat aku mengembalikan buku ini. Satu minggu telah berlalu aku segera mengembalikan buku ini kepadanya. Ku serahkan buku itu dan ku suruh dia untuk membukanya di rumah. Hatiku berdebar menanti jawaban darinya. Keesokan harinya dengan langkah yang tak pasti aku menemuinya di kursi taman itu. Ku bertanya pada penjual es krim, "bang cewek yang biasanya duduk disini kemana ya bang?".
"Cewek yang mana mas?", tanya balik penjual es itu.
"Lhah, cewek yang cantik, rambutnya panjang, dan selalu baca buku". Jelasku.
"Gak pernah lihat tu mas, biasanya saya lihat mas bicara sendiri di kursi itu". katanya.
Tanpa banyak bicara aku langsung meninggalkannya. tak mungkin, mana mungkin aku bicara sendiri, jelas sekal aku selalu bersama dengan Seruni, tapi kemana dia? Ku putuskan untuk pergi ke sekolahnya. Disana aku aku bertanya pada seorang guru TU.
"Bu saya mencari murid yang namanya seruni ada di kelas mana ya bu?". tanyaku
"Seruni siapa?", dengan wajah sangat penasaran beliau bertanya
"Seruni Puspa Dewi", jawabku langsung.
"Siapa? Seruni Puspa Dewi?", tanyanya lagi
"Iya bu memang kenapa?" tanyaku lebih penasaran.
I Bu guru itu menarik nafas panjang dan menjawabku, "Nak, dia memang pernah sekolah di sini tapi dua tahu yang lalu".
"Lalu dia sekarang ada dimana bu?"
Wajah Ibu Guru itu sedih, air mukanya pun berubah ,"Dia sudah meninggal"
"Apa! mana mungkin, kemarin saya baru bertemu dengannya, mana mungkin dia sudah meninggal!".
"Terimalah anakku itulah yang terjadi padanya, ibu juga berat mengatakan ini padamu."
Aku tak percaya sama sekali tak tercaya akan kenyataan ini, tak terasa air mataku menetes sedikit-demi sedikit. aku masih sulit meyakinkan diriku "ini tidak mungkin Bu, kemarin aku masih bertemu dengannya, bicara dengannya bagamana mungkin dia sudah tiada?". dengan air mata yang membasahi pipi ini aku tersengal-sengal mengatur nafasku.
air mata ibu itu pun ikut mengalir," sudahlah nak terimalah kenyataan ini, 2 tahun lalu tepat didepan taman kota itu terjadi kecelakaan maut, tak pernah ibu sangka itu adalah seruni, dia tertabrak bis dari belakang saat sedang membaca buku kesayangannya, dan ibu tau persis sopir bus ugal-ugalan itu masih mendekam di balik penjara saat ini.
Dengan sangat kecewa aku meninggalkan sekolah itu, dengan langkah lunglai aku bejalan ke taman kota itu. aku duduk dikursi taman dengan lemas menahan tangis, batinku masih terguncang. Aku masih ingat bagaimana wajahnya, bagaimana aku menghabiskan waktu bersama seruni, bagaimana tutur katanya yang indah, bagaimana dia sangat menyayangi bukunya itu.
Telah lama aku merenung. Aku merasa agak lebih tenang sekarang, dia adalah bidadari pertamaku tak akan lepas dari hatiku. walau aku berusaha meninggalkan kenangan manis yang pahit. aku meninggalkan kursi itu dengan harapan semoga ia sekarang tenang di sana. angin semilir mengiringi kepergianku seperti waktu pertama aku bertemu. Selamat tinggal Seruni, selamat tinggal cinta tak sampaiku.

1 komentar:

Dont be afraid to dream mengatakan...

Ya AllaH Seruni ne wis mati tho,,,Innalillahi Wa Innailaihi rojiun...........!!!